PENDEKATAN STRATEGI PEMBELAJARAN
KONTEKSTUAL (CTL)
Tugas 3
S2 PTK PPS UNM
Mata Kuliah:
Teori dan Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu
: Dr. Hendra Jaya, S.Pd.,MT.
A.
LATAR BELAKANG
Sejauh ini,
pembelajaran masih terfokus pada pandangan bahwa pembelajaran adalah menghapal
apa yang telah dipelajari disekolah dan sebagian guru masih mempertahankan
model lama atau konvensional, padahal menurut penulis dalam beberapa hal model
konvensional sudah tidak bisa dipertahankan lagi, harus ada terobosan baru yang
bisa dilakukan pendidik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yaitu berupa
pengetahuan dan keterampilan (intruksional effect) dan sebagai hasil
dari tindakan intruksional yaitu kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan
kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Hal
inilah yang belum tercapai sepenuhnya, minimal separuh dari tujuan belajar
tercapai. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan materi saja
dianggap gagal karena tidak bisa menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif
serta inovatif yang mampu menjawab berbagai tantangan dimasa yang akan datang.
Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pendekatan baru dalam proses belajar
mengajar yang lebih bermakna supaya dapat membekali peserta didik dalam
menghadapi permasalahan yang akan datang.
Salah satu
pendekatan yang bisa dikembangkan dan bisa menjadi rujukan semua guru dalam
rangka mencapai tujuan belajar adalah pendekatan menggunakan model Contekstual
Teaching and Learning atau CTL. Paradigma dari CTL ini adalah paradigma
konstruktivisme yang menekankan siswa untuk mendapatkan pengetahuannya melalui
pengalaman yang dimilikinya. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang
beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan
mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan sekedar mengetahuinya.
Pembelajaran bukan hanya sekedar mentrasfer ilmu yang dilakukan guru kepada
siswa tetapi siswa mampu memahami dan memaknai apa yang telah didapat. Dalam
hal ini, guru harus memfasilitasi siswa untuk menemukan hal baru yang lebih
inovatif supaya dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat belajar dengan
aktif. Belajar aktif adalah suatu system belajar mengajar yang menekankan siswa
secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar
yang berupa perpaduan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan
demikian, pendekatan kontekstual (CTL) sangat efektif diterapkan dalam kegiatan
belajar mengajar. Guru harus bisa lebih kreatif dan inovatif guna mencapai
tujuan pembelajaran. Besar harapan jika model pendekatan kontekstual digunakan
akan dapat memberikan kontribusi terhadap peserta didik dan peserta didik tidak
hanya datang dan duduk manis mengambil pelajaran yang disampaikan oleh guru
setelah itu hilang, namun interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru
ataupun sesama siswa dapat mengantarkan siswa untuk dapat memecahkan berbagai
masalah yang akan datang. Dalam artikel ini akan membahas tentang model
pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) sebagai terobosan
baru dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih aktif, kreatif dan
inovatif.
B.
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL
(CTL)
Pendekatan
strategi pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL)
merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang
diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan
antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka
sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran
diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah
dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer
pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan
daripada hasil
Dalam kelas
kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya,
guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas
guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan
sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari
menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang
dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Alasan
perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual
adalah :
1. Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih
didominasi kegiatan penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa ”dipaksa” memperhatikan dan menerimanya,
sehingga tidak menyenangkan dan
memberdayakan siswa.
2. Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak
terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan
keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia
kerja.
3. Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan,
tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi
yang autentik.
4. Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum dimanfaatkan secara optimal.
Landasan filosofi pemelajaran
kontekstual adalah konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak
dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti halnya mengisi botol kosong, sebab
otak siswa tidak kosong melainkan sudah berisi pengetahuan hasil
pengalaman-pengalaman sebelumnya. Siswa tidak hanya ”menerima” pengetahuan,
namun ”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya melalui proses intra-individual (asimilasi dan akomodasi) dan
inter-individual (interaksi sosial).
1.
Pemikiran
tentang belajar kontekstual
Dalam
Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan
siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak
mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami
bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep
yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa.
Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan
jaman.Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran
tentang belajar sebagai berikut.
a.
Proses belajar
1)
Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa
harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
2)
Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat
sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja
oleh guru.
3)
Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang
dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam
tentang sesuatu persoalan.
4)
Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan
menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan
keterampilan yang dapat diterapkan.
5)
Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam
menyikapi situasi baru.
6)
Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah,
menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7)
Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan
struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi
pengetahuan dan keterampilan sesorang.
b. Transfer
Belajar
1)
Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan
dari pemberian orang lain.
2)
Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari
konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3)
Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar
dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c. Siswa
sebagai Pembelajar
1)
Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar
dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar
dengan cepat hal-hal baru.
2)
Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah
mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi
belajar amat penting.
3)
Peran orang dewasa (guru) membantu
menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
4)
Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru
bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide
mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d. Pentingnya Lingkungan Belajar
1)
Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan
belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa
menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
2)
Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara
siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan
dibandingkan hasilnya.
3)
Umpan balik amat penting bagi siswa, yang
berasal dari proses penilaian yang benar.
4)
Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk
kerja kelompok itu penting.
2.
Perbedaan Pendekatan Kontekstual (CTL) dengan Pendekatan Tradisional
NO
|
Perbedaan
Pendekatan Kontekstual (CTL) dengan Pendekatan Tradisional
|
|
CTL
|
Pendekatan
tradisional
|
|
1
|
Siswa sebagai
subjek belajar
|
Siswa sebagai
objek belajar
|
2.
|
Siswa belajar
melalui kegiatan kelompok
|
Siswa lebih
banyak belajar secara individu
|
3.
|
Pembelajaran
dikaitkan dengan kehidupan nyata
|
Pembelajaran
bersifat teoritis dan abstrak
|
4
|
Kemampuan
didasarkan atas pengalaman
|
Kemampuan
diperoleh dari latihan-latihan
|
5
|
Tujuan akhir
kepuasan diri
|
Tujuan akhir
nilai atau angka
|
6
|
Prilaku
dibangun atas kesadaran
|
Prilaku
dibangun oleh factor dari luar
|
7
|
Pengetahuan
yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
|
Pengetahuan
yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
|
8
|
Siswa
bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
|
Guru penentu
jalannya proses pembelajaran
|
9
|
Pembelajaran
bisa terjadi dimana saja
|
Pembelajaran
terjadi hanya di dalam kelas
|
10
|
Keberhasilan
pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
|
Keberhasilan
pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes
|
3. Peran Guru
dan Siswa dalam Strategi pembelajaran kontekstual (CTL)
Setiap
siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda. Perbedaan yang dimiliki siswa
tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada
tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe
visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah
tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis
adalah tipe belajar dengan cara bergerak.Sehubungan dengan hal itu, terdapat
beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan
pendekatan CTL.
1)
Siswa harus dipandang sebagai individu yang
sedang berkembang
2)
setiap anak memiliki kecenderungan untuk
belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
3)
belajar bagi siswa adalah proses mencari
keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang
sudah diketahui
4)
belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan
skema yang telah ada.
C.
PENERAPAN
STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika
materi pembelajaran tidak hanya tekstual
melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di
lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan
ketujuh komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi bermakna bagi
siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan tersebut
dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual
dapat diterapakan dalam kelas besar
maupun kelas kecil, namun akan lebih mudah organisasinya jika diterapkan dalam kelas kecil.
Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kurikulum
berbasis kompetensi sangat sesuai.
Dalam penerapannya pembelajaran kontekstual tidak memerlukan biaya
besar dan media khusus. Pembelajaran kontekstual memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar,seperti tukang las, bengkel, tukang reparasi
elektronik, barang-barang bekas, koran, majalah, perabot-perabot rumah tangga,
pasar, toko, TV, radio, internet, dan sebagainya. Guru dan buku bukan merupakan
sumber dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang sebagai orang yang
serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai pertanyaan
iswa yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun modern.
Seperti yang dikemukakan, dalam pembelajaran kontekstual tes hanya
merupakan sebagian dari teknik/ instrumen penelitian yang bermaca-macam seperti
wawancara, observasi, inventory, skala sikap, penilaian kinerja, portofolio,
jurnal siswa, dan sebagainya yang semuanya disinergikan untuk menilai kemampuan
siswa yang sebenarnya (autentik). Penilainya bukan hanya guru saja tetapi juga
diri sendiri, teman siswa, pihak lain (teknisi, bengkel, tukang dsb.). Saat
penilaian diusahakan pada situasi yang autetik misal pada saat diskusi,
praktikum, wawancara di bengkel, kegiatan belajar-mengajar di kelas dan
sebagainya.siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) sebenarnya lebih bersifat sebagai rencana pribadi dari pada sebagai
laporan untuk kepala sekolah atau pengawas seperti yang dilakukan saat ini.
Jadi RPP lebih cenderung berfungs mengingatkan guru sendiri dalam menyapkan
alat-alat/media dan mengendalikan langkah-langkah (skenario) pembelajaran
sehingga bentuknya lebih sederhana.
Pembelajaran
Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja,
dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual
dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut: Kembangkan
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri,
dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
- Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
- kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
- Ciptakan masyarakat belajar.
- Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
- Lakukan refleksi di akhir pertemuan
- Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Pendekatan
CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan fasilitas kepada
siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih
konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan
mengalami sendiri. Ada beberapa komponen yang mendasari pendekatan pembelajaran
kontekstual sebagai berikut
1. Komponen
Pembelajaran Kontekstual
a) Konstruktivisme
Ø Membangun
pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Ø Pembelajaran
harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
b) Inquiry
Ø Proses
perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Ø Siswa belajar
menggunakan keterampilan berpikir kritis
c) Questioning (Bertanya)
Ø Kegiatan guru
untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Ø Bagi siswa yang
merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
d) Learning Community (Masyarakat Belajar)
Ø Sekelompok
orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Ø Bekerjasama
dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Ø Tukar
pengalaman.
Ø Berbagi ide
e) Modeling (Pemodelan)
Ø Proses
penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Ø Mengerjakan apa
yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
f) Reflection ( Refleksi)
Ø Cara berpikir
tentang apa yang telah kita pelajari.
Ø Mencatat apa
yang telah dipelajari.
Ø Membuat jurnal,
karya seni, diskusi kelompok
g) Authentic Assessment (Penilaian Yang
Sebenarnya)
Ø Mengukur
pengetahuan dan keterampilan siswa.
Ø Penilaian
produk (kinerja).
Ø Tugas-tugas
yang relevan dan kontekstual
Konkretnya
dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah dimulai dari
pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pendahuluan pertama yang harus
dilakukan guru adalah menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat
dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang dipelajari.
Kemudian guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, proses pembelajaran
menggunakan media biasanya disertai dengan pembagian kelompok. Setelah itu,
guru melakukan Tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap
siswa. Langkah selanjutnya adalah masuk ke inti, yaitu siswa didampingi
oleh guru melaksanakan proses pembelajaran. Guru disini hanya sebagai
fasilitator yang bertugas mendampingi siswa dalam pemecahan masalah. Langkah
terakhir dari kegiatan belajar mengajar adalah penutup, dibantu oleh
guru, siswa menyimpulkan materi pelejaran yang telah diperoleh dan kesimpulan
harus sesuai dengan indicator yang harus dicapai, untuk lebih memantapkan hasil
belajar siswa biasanya guru memberikan tugas lanjutan tentang pengalaman
belajar siswa.
Dari
penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa siswa memahami materi ajar melalui
tindakan langsung dari siswa, dengan kata lain kelas bukanlah satu-satunya
tempat yang menjadikan siswa dapat memahami konsep materi atau menerima
informasi dari guru, tetapi kelas juga dapat dijadikan tempat untuk saling
belajar sesame (belajar kelompok).
2. Karakteristik strategi pembelajaran
kontekstual
Kerjasama
Saling
menunjang
Menyenangkan,
tidak membosankan
Belajar dengan
bergairah
Pembelajaran
terintegrasi
Menggunakan
berbagai sumber
Siswa aktif
Sharing dengan teman
Siswa kritis
guru kreatif
Dinding dan lorong-lorong
penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
Laporan kepada
orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum,
karangan siswa dan lain-lain
3.
Kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran
konseptual (CTL)
Segala
sesuatu yang ada, baik itu teori ataupun konsep tidak akan terlepas dari nilai
positif dan negative, ada kekurangan dan kelebihan itulah kenapa dalam dunia
pendidikan selalu ada inovasi baru dalam rangka memecahkan masalah agar sesuai
dengan zamannya dan mencapai target yang sudah direncakan. Jika dahulu guru
masih terfokus pada teori dan konsep model lama yaitu konvensional maka
kemudian muncul teori baru untuk memperbaharui dan menutup segala kekurangan
yang ada dalam model pembelajaran lama yaitu CTL. Akan tetapi, model CTL tidak
semuanya positif, ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam teori tersebut.
Jadi, dalam teori CTL juga ada kelemahan dan kelebihan, namun demikian menurut
penulis model pendekatan CTL tentu lebih baik dari model konvensional, melihat
fakta yang harus dipecahkan oleh semua pendidik tentang makna dari belajar itu
sendiri, supaya siswa benar-benar dapat memahami apa yang telah dipelajari dan
mengamalkannya di masyarakat luas.
Sanjaya
menyatakan kelebihan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan
harapan, mengembangkan bakat dan mengetahui informasi terbaru, selain itu
pendekatan kontekstual ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan
makna pelajaran denga cara mengkorelasikan isi pelajaran dengan kehidupan
sehari-hari siswa. Adapun kelemahannya guru harus meluangkan waktu yang lebih
banyak untuk mencari informasi-informasi terbaru yang nantinya dapat berguna
dalam proses pembelajaran di kelas sehingga membutuhkan tenaga dan pikiran yang
cukup melelahkan dan menyita waktu bagi guru begitu pula proses pembelajaran
akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Ada juga
yang berpendapat bahwa kelebihan dari CTL adalah pembelajaran labih bermakna
dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara
pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting,
sebab dengan mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan
saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi
yang dipelajarinya akan tertanam erat dlam memori siswa, sehingga tidak akan
dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep
kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme,
dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengatahuannya sendiri. Melalui
landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami”
bukan “menghapal”.
Adapun
kelemahannya adalah guru lebih intensif dalam membimbing. Karena metode CTL
guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola
kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan
keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang
berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat
perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian perean
guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan
guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap
perkembangannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau
menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan
sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks
initentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa
agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Dari
beberapa kelemahan yang sudah dijelaskan diatas, ada beberapa cara yang bisa
dilakukan oleh guru untuk mengantisipasi dari kelemahan tersebut sebagai
berikut:
·
Menugaskan siswa untuk mencari informasi penting dan terbaru
yang berhubungan dengan konsep pelajaran, baik dari media cetak maupun
elektronik sehingga dalam kelas guru hanya membantu dalam menjelaskan informasi
yang didapat siswa tersebut.
·
Menugaskan siswa membaca pelajaran berikutnya di rumah
sehingga siswa lebih mudah dalam menemukan makna pelajaran.
·
Memberikan waktu belajar tambahan jika jam pelajaran dirasa
kurang dan siswa belum memahami konsep pelajaran
4.
Menyusun rencana
pembelajaran berbasis kontekstual
Penerapan
pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan
kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa
yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan
dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk
mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran,
dan authentic assessmennya. Program yang dirancang guru benar-benar rencana
pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara
umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran
konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang
membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih
menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional),
sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario
pembelajarannya.
Atas
dasar ini, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.Nyatakan kegiatan pertama
pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan
antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil
Belajar.
1.
Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
2.
Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
3.
Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan
siswa
4.
Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan
data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
D.
KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas,
dapat penulis simpulkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual atau Contextual
Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu model pendekatan yang
membantu guru dalam mengatasi berbagai persoalan dalam pendidikan terutama
dalam kegiatan belajar mengajar. CTL model pendekatan yang membantu guru dalam
menghubungkan pelajaran atau materi ajar yang sudah dipelajari dengan kehidupan
nyata siswa sehari-hari serta mendorong siswa untuk mampu menerapkan
pengetahuannya dalam kehidupan nyata sehingga siswa mampu mengatasi berbagai
persoalan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang baik dalam keluarga maupun
masyarakat.
CTL dapat diterapkan dalam berbagai
mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, baik pelajaran umum maupun pelajaran
praktek. Maka untuk dapat memahami dengan baik dan benar siswa harus bisa
memaknai materi pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari
siswa. Siswa dapat melakukan, mencoba dan mengkonstruksi sendiri sesuai dengan
arahan dan bimbingan dari guru. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan
supaya siswa yang berusaha mengkonstruksikan sendiri materi ajar dengan kehidupan
nyata tidak salah dan tepat sasaran sesuai dengan tuntunan pembelajaran.
REFERENSI
TULISAN
Elpram
widya.Wordpress.Com.2009. Model
pembelajaran di SMK. https://elpramwidya.wordpress.com/2009/04/22/model-pembelajaran-di-smk/. Diakses 22 Maret 2017.
Fasan.web
.id. 2010. Model pembelajaran kontekstual.http://fazan.web.id/model-pembelajaran-kontekstual-kajian-teori.html. Diakses 22 Maret 2017.
Ulfatul
hasanah.wordpress.com. 2015. Pembelajaran Kontekstual. https://ulfatulhasanah.wordpress.com/2015/02/24/pembelajaran-kontekstual-contexstual-teaching-and-learning/. Diakses 22 Maret 2017.
Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam
Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Fajar Interpratama
Offset
Sarbiran,
dan Sudira,Putu. Pembelajaran inovatif
di smk.pdf .http:eprints.uny.ac.id/ Pembelajaran inovatif di smk.pdf .Diakses
22 Maret 2017.
www.m-edukasi.web.id.2014. Langkah
Pembelajaran Kontekstual.http://www.m-edukasi.web.id/2014/08/langkah-pembelajaran-kontekstual.html. Diakses 22 Maret 2017.
Silahkan kunjugi link ini untuk melihat salah satu contoh penerapan "STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)" :https://www.youtube.com/watch?v=63ytdck5Fo0
Silahkan kunjugi link ini untuk melihat salah satu contoh penerapan "STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)" :https://www.youtube.com/watch?v=63ytdck5Fo0
Tidak ada komentar:
Posting Komentar