Minggu, 26 Maret 2017

PENDEKATAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL



PENDEKATAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)

Tugas 3
S2 PTK PPS UNM
Mata Kuliah: Teori dan Strategi Pembelajaran
Dosen Pengampu : Dr. Hendra Jaya, S.Pd.,MT.

A.    LATAR BELAKANG
Sejauh ini, pembelajaran masih terfokus pada pandangan bahwa pembelajaran adalah menghapal apa yang telah dipelajari disekolah dan sebagian guru masih mempertahankan model lama atau konvensional, padahal menurut penulis dalam beberapa hal model konvensional sudah tidak bisa dipertahankan lagi, harus ada terobosan baru yang bisa dilakukan pendidik dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yaitu berupa pengetahuan dan keterampilan (intruksional effect) dan sebagai hasil dari tindakan intruksional yaitu kemampuan siswa dalam berpikir kritis dan kreatif, sikap terbuka dan demokratis, menerima orang lain dan sebagainya. Hal inilah yang belum tercapai sepenuhnya, minimal separuh dari tujuan belajar tercapai. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada penguasaan materi saja dianggap gagal karena tidak bisa menghasilkan peserta didik yang aktif, kreatif serta inovatif yang mampu menjawab berbagai tantangan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu, perlu adanya perubahan pendekatan baru dalam proses belajar mengajar yang lebih bermakna supaya dapat membekali peserta didik dalam menghadapi permasalahan yang akan datang.
Salah satu pendekatan yang bisa dikembangkan dan bisa menjadi rujukan semua guru dalam rangka mencapai tujuan belajar adalah pendekatan menggunakan model Contekstual Teaching and Learning atau CTL. Paradigma dari CTL ini adalah paradigma konstruktivisme yang menekankan siswa untuk mendapatkan pengetahuannya melalui pengalaman yang dimilikinya. Pendekatan CTL merupakan konsep belajar yang beranggapan bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan secara alamiah, artinya belajar akan lebih bermakna jika anak bekerja dan mengalami sendiri apa yang dipelajarinya bukan sekedar mengetahuinya. Pembelajaran bukan hanya sekedar mentrasfer ilmu yang dilakukan guru kepada siswa tetapi siswa mampu memahami dan memaknai apa yang telah didapat. Dalam hal ini, guru harus memfasilitasi siswa untuk menemukan hal baru yang lebih inovatif supaya dalam kegiatan belajar mengajar siswa dapat belajar dengan aktif. Belajar aktif adalah suatu system belajar mengajar yang menekankan siswa secara fisik, mental, intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan kognitif, afektif dan psikomotorik.
Dengan demikian, pendekatan kontekstual (CTL) sangat efektif diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar. Guru harus bisa lebih kreatif dan inovatif guna mencapai tujuan pembelajaran. Besar harapan jika model pendekatan kontekstual digunakan akan dapat memberikan kontribusi terhadap peserta didik dan peserta didik tidak hanya datang dan duduk manis mengambil pelajaran yang disampaikan oleh guru setelah itu hilang, namun interaksi antara guru dengan siswa, siswa dengan guru ataupun sesama siswa dapat mengantarkan siswa untuk dapat memecahkan berbagai masalah yang akan datang. Dalam artikel ini akan membahas tentang model pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) sebagai terobosan baru dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih aktif, kreatif dan inovatif.
B.     STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
Pendekatan strategi pembelajaran kontektual (Contextual Teaching and Learning /CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dengan konsep itu, hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi siswa. Proses pembelajaran berlansung alamiah dalam bentuk kegiatan siswa bekerja dan mengalami, bukan mentransfer pengetahuan dari guru ke siswa. Strategi pembelajaran lebih dipentingkan daripada hasil
Dalam kelas kontektual, tugas guru adalah membantu siswa mencapai tujuannya. Maksudnya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Sesuatu yang baru datang dari menemukan sendiri bukan dari apa kata guru.Begitulah peran guru di kelas yang dikelola dengan pendekatan kontekstual.
Alasan perlu diterapkannya pembelajaran kontekstual  adalah :
1.      Sebagian besar waktu belajar sehari-hari di sekolah masih didominasi kegiatan penyampaian pengetahuan oleh guru, sementara siswa  ”dipaksa” memperhatikan dan menerimanya, sehingga tidak menyenangkan dan memberdayakan siswa.
2.      Materi pembelajaran bersifat abstrak-teoritis-akademis, tdak terkait dengan masalah-masalah yang dihadapi siswa sehari-hari di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar dan dunia kerja.
3.      Penilaian hanya dilakukan dengan tes yang menekankan pengetahuan, tidak menilai kualitas dan kemampuan belajar siswa yang autentik pada situasi yang autentik.
4.      Sumber belajar masih terfokus pada guru dan buku. Lingkungan sekitar belum dimanfaatkan secara optimal.
            Landasan filosofi pemelajaran kontekstual adalah konstruktivisme yang menyatakan bahwa pengetahuan tidak dapat ditransfer dari guru ke siswa seperti halnya mengisi botol kosong, sebab otak siswa tidak kosong melainkan sudah berisi pengetahuan hasil pengalaman-pengalaman sebelumnya. Siswa tidak hanya ”menerima” pengetahuan, namun ”mengkonstruksi” sendiri pengetahuannya melalui proses intra-individual (asimilasi dan akomodasi) dan inter-individual (interaksi sosial).
           
1.      Pemikiran tentang belajar kontekstual
Dalam Contextual teaching and learning (CTL) diperlukan sebuah pendekatan yang lebih memberdayakan siswa dengan harapan siswa mampu mengkonstruksikan pengetahuan dalam benak mereka, bukan menghafalkan fakta. Disamping itu siswa belajar melalui mengalami bukan menghafal, mengingat pengetahuan bukan sebuah perangkat fakta dan konsep yang siap diterima akan tetapi sesuatu yang harus dikonstruksi oleh siswa. Dengan rasional tersebut pengetahuan selalu berubah sesuai dengan perkembangan jaman.Pendekatan kontekstual mendasarkan diri pada kecenderungan pemikiran tentang belajar sebagai berikut.
a.       Proses belajar
1)      Belajar tidak hanya sekedar menghafal. Siswa harus mengkontruksi pengetahuan di benak mereka.
2)      Anak belajar dari mengalami. Anak mencatat sendiri pola-pola bermakna dari pengetahuan baru, dan bukan diberi begitu saja oleh guru.
3)      Para ahli sepakat bahwa pengetahuan yang dimiliki sesorang itu terorganisasi dan mencerminkan pemahaman yang mendalam tentang sesuatu persoalan.
4)      Pengetahuan tidak dapat dipisah-pisahkan menjadi fakta-fakta atau proposisi yang terpisah, tetapi mencerminkan keterampilan yang dapat diterapkan.
5)      Manusia mempunyai tingkatan yang berbeda dalam menyikapi situasi baru.
6)      Siswa perlu dibiasakan memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya, dan bergelut dengan ide-ide.
7)      Proses belajar dapat mengubah struktur otak. Perubahan struktur otak itu berjalan terus seiring dengan perkembangan organisasi pengetahuan dan keterampilan sesorang.
b. Transfer Belajar
1)      Siswa belajar dari mengalami sendiri, bukan dari pemberian orang lain.
2)      Keterampilan dan pengetahuan itu diperluas dari konteks yang terbatas (sedikit demi sedikit)
3)      Penting bagi siswa tahu untuk apa dia belajar dan bagaimana ia menggunakan pengetahuan dan keterampilan itu
c. Siswa sebagai Pembelajar
1)      Manusia mempunyai kecenderungan untuk belajar dalam bidang tertentu, dan seorang anak mempunyai kecenderungan untuk belajar dengan cepat hal-hal baru.
2)      Strategi belajar itu penting. Anak dengan mudah mempelajari sesuatu yang baru. Akan tetapi, untuk hal-hal yang sulit, strategi belajar amat penting.
3)      Peran orang dewasa (guru) membantu menghubungkan antara yang baru dan yang sudah diketahui.
4)      Tugas guru memfasilitasi agar informasi baru bermakna, memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide mereka sendiri, dan menyadarkan siswa untuk menerapkan strategi mereka sendiri.
d. Pentingnya Lingkungan Belajar
1)      Belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yang berpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswa menonton ke siswa akting bekerja dan berkarya, guru mengarahkan.
2)      Pengajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka.Strategi belajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya.
3)      Umpan balik amat penting bagi siswa, yang berasal dari proses penilaian yang benar.
4)      Menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.

2.  Perbedaan Pendekatan Kontekstual (CTL) dengan Pendekatan Tradisional
NO
Perbedaan Pendekatan Kontekstual (CTL) dengan Pendekatan Tradisional
CTL
Pendekatan tradisional
1
Siswa sebagai subjek belajar
Siswa sebagai objek belajar
2.
Siswa belajar melalui kegiatan kelompok
Siswa lebih banyak belajar secara individu
3.
Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata
Pembelajaran bersifat teoritis dan abstrak
4
Kemampuan didasarkan atas pengalaman
Kemampuan diperoleh dari latihan-latihan
5
Tujuan akhir kepuasan diri
Tujuan akhir nilai atau angka
6
Prilaku dibangun atas kesadaran
Prilaku dibangun oleh factor dari luar
7
Pengetahuan yang dimiliki individu berkembang sesuai dengan pengalaman yang dialaminya
Pengetahuan yang dimiliki bersifat absolute dan final, tidak mungkin berkembang.
8
Siswa bertanggungjawab dalam memonitor dan mengembangkan pembelajaran
Guru penentu jalannya proses pembelajaran
9
Pembelajaran bisa terjadi dimana saja
Pembelajaran terjadi hanya di dalam kelas
10
Keberhasilan pembelajaran dapat diukur dengan berbagai cara
Keberhasilan pembelajaran hanya bisa diukur dengan tes

3. Peran Guru dan Siswa dalam Strategi pembelajaran kontekstual (CTL)
Setiap siswa mempunyai gaya belajar yang berbeda. Perbedaan yang dimiliki siswa tersebut dinamakan sebagai unsure modalitas belajar. Menurut Bobbi Deporter ada tiga tipe gaya belajar siswa, yaitu tive visual, auditorial dan kinestis.
Tipe visual adalah gaya belajar dengan cara melihat, sedang tipe auditorial adalah tipe belajar dengan cara menggunakan alat pendengarannya, dan tipe kinestetis adalah tipe belajar dengan cara bergerak.Sehubungan dengan hal itu, terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan bagi setiap guru manakala menggunakan pendekatan CTL.
1)      Siswa harus dipandang sebagai individu yang sedang berkembang
2)      setiap anak memiliki kecenderungan untuk belajar hal-hal yang baru dan penuh tantangan
3)      belajar bagi siswa adalah proses mencari keterkaitan atau keterhubungan antara hal-hal yang baru dengan hal-hal yang sudah diketahui
4)      belajar bagi anak adalah proses penyempurnaan skema yang telah ada.
C.    PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)
Pembelajaran dikatakan mengunakan pendekatan kontekstual jika materi pembelajaran tidak  hanya tekstual melainkan dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari siswa di lingkungan keluarga, masyarakat, alam sekitar, dan dunia kerja, dengan melibatkan ketujuh komponen utama tersebut sehinggga pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa. Model pembelajaran apa saja sepanjang memenuhi persyaratan tersebut dapat dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual. Pembelajaran kontekstual dapat diterapakan dalam kelas besar maupun kelas kecil, namun akan lebih mudah organisasinya jika diterapkan dalam kelas kecil. Penerapan pembelajaran kontekstual dalam kurikulum berbasis kompetensi sangat sesuai.
Dalam penerapannya pembelajaran kontekstual tidak memerlukan biaya besar dan media khusus. Pembelajaran kontekstual memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran yang ada di lingkungan sekitar,seperti tukang las, bengkel, tukang reparasi elektronik, barang-barang bekas, koran, majalah, perabot-perabot rumah tangga, pasar, toko, TV, radio, internet, dan sebagainya. Guru dan buku bukan merupakan sumber dan media sentral, demikian pula guru tidak dipandang sebagai orang yang serba tahu, sehingga guru tidak perlu khawatir menghadapi berbagai pertanyaan iswa yang terkait dengan lingkungan baik tradisional maupun modern.
Seperti yang dikemukakan, dalam pembelajaran kontekstual tes hanya merupakan sebagian dari teknik/ instrumen penelitian yang bermaca-macam seperti wawancara, observasi, inventory, skala sikap, penilaian kinerja, portofolio, jurnal siswa, dan sebagainya yang semuanya disinergikan untuk menilai kemampuan siswa yang sebenarnya (autentik). Penilainya bukan hanya guru saja tetapi juga diri sendiri, teman siswa, pihak lain (teknisi, bengkel, tukang dsb.). Saat penilaian diusahakan pada situasi yang autetik misal pada saat diskusi, praktikum, wawancara di bengkel, kegiatan belajar-mengajar di kelas dan sebagainya.siswa.
Dalam pembelajaran kontekstual rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sebenarnya lebih bersifat sebagai rencana pribadi dari pada sebagai laporan untuk kepala sekolah atau pengawas seperti yang dilakukan saat ini. Jadi RPP lebih cenderung berfungs mengingatkan guru sendiri dalam menyapkan alat-alat/media dan mengendalikan langkah-langkah (skenario) pembelajaran sehingga bentuknya lebih sederhana.
Pembelajaran Kontekstual dapat diterapkan dalam kurikulum apa saja, bidang studi apa saja, dan kelas yang bagaimanapun keadaannya. Pendekatan Pembelajaran Kontekstual dalam kelas cukup mudah. Secara garis besar, langkahnya sebagai berikut: Kembangkan pemikiran bahwa anak akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya
  1. Laksanakan sejauh mungkin kegiatan inkuiri untuk semua topik
  2. kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan bertanya.
  3. Ciptakan masyarakat belajar.
  4. Hadirkan model sebagai contoh pembelajaran
  5. Lakukan refleksi di akhir pertemuan
  6. Lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara
Pendekatan CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memberikan fasilitas kepada siswa untuk mencari, mengolah dan menemukan pengalaman belajar yang lebih konkret melalui keterlibatan aktivitas siswa dalam mencoba, melakukan dan mengalami sendiri. Ada beberapa komponen yang mendasari pendekatan pembelajaran kontekstual sebagai berikut
 1. Komponen Pembelajaran Kontekstual
a) Konstruktivisme
Ø  Membangun pemahaman mereka sendiri dari pengalaman baru berdasar pada pengetahuan awal.
Ø  Pembelajaran harus dikemas menjadi proses “mengkonstruksi” bukan menerima pengetahuan
b) Inquiry
Ø  Proses perpindahan dari pengamatan menjadi pemahaman.
Ø  Siswa belajar menggunakan keterampilan berpikir kritis
c) Questioning (Bertanya)
Ø Kegiatan guru untuk mendorong, membimbing dan menilai kemampuan berpikir siswa.
Ø Bagi siswa yang merupakan bagian penting dalam pembelajaran yang berbasis inquiry
d) Learning Community (Masyarakat Belajar)
Ø  Sekelompok orang yang terikat dalam kegiatan belajar.
Ø  Bekerjasama dengan orang lain lebih baik daripada belajar sendiri.
Ø  Tukar pengalaman.
Ø  Berbagi ide
e) Modeling (Pemodelan)
Ø  Proses penampilan suatu contoh agar orang lain berpikir, bekerja dan belajar.
Ø  Mengerjakan apa yang guru inginkan agar siswa mengerjakannya
f) Reflection ( Refleksi)
Ø  Cara berpikir tentang apa yang telah kita pelajari.
Ø  Mencatat apa yang telah dipelajari.
Ø  Membuat jurnal, karya seni, diskusi kelompok
g) Authentic Assessment (Penilaian Yang Sebenarnya)
Ø  Mengukur pengetahuan dan keterampilan siswa.
Ø  Penilaian produk (kinerja).
Ø  Tugas-tugas yang relevan dan kontekstual
                  Konkretnya dalam melaksanakan langkah-langkah pembelajaran kontekstual adalah dimulai dari pendahuluan, inti dan penutup. Dalam pendahuluan pertama yang harus dilakukan guru adalah menjelaskan kompetensi yang harus dicapai serta manfaat dari proses pembelajaran dan pentingnya materi pelajaran yang dipelajari. Kemudian guru menjelaskan prosedur pembelajaran CTL, proses pembelajaran menggunakan media biasanya disertai dengan pembagian kelompok. Setelah itu, guru melakukan Tanya jawab seputar tugas yang harus dikerjakan oleh setiap siswa. Langkah selanjutnya adalah masuk ke inti, yaitu siswa didampingi oleh guru melaksanakan proses pembelajaran. Guru disini hanya sebagai fasilitator yang bertugas mendampingi siswa dalam pemecahan masalah. Langkah terakhir dari kegiatan belajar mengajar adalah penutup, dibantu oleh guru, siswa menyimpulkan materi pelejaran yang telah diperoleh dan kesimpulan harus sesuai dengan indicator yang harus dicapai, untuk lebih memantapkan hasil belajar siswa biasanya guru memberikan tugas lanjutan tentang pengalaman belajar siswa.
                  Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa siswa memahami materi ajar melalui tindakan langsung dari siswa, dengan kata lain kelas bukanlah satu-satunya tempat yang menjadikan siswa dapat memahami konsep materi atau menerima informasi dari guru, tetapi kelas juga dapat dijadikan tempat untuk saling belajar sesame (belajar kelompok).
2. Karakteristik strategi pembelajaran kontekstual
* Kerjasama
* Saling menunjang
* Menyenangkan, tidak membosankan
* Belajar dengan bergairah
* Pembelajaran terintegrasi
* Menggunakan berbagai sumber
* Siswa aktif
* Sharing dengan teman
* Siswa kritis guru kreatif
* Dinding dan lorong-lorong penuh dengan hasil kerja siswa, peta-peta, gambar, artikel, humor dan lain-lain
* Laporan kepada orang tua bukan hanya rapor tetapi hasil karya siswa, laporan hasil pratikum, karangan siswa dan lain-lain

3.      Kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran konseptual (CTL)
Segala sesuatu yang ada, baik itu teori ataupun konsep tidak akan terlepas dari nilai positif dan negative, ada kekurangan dan kelebihan itulah kenapa dalam dunia pendidikan selalu ada inovasi baru dalam rangka memecahkan masalah agar sesuai dengan zamannya dan mencapai target yang sudah direncakan. Jika dahulu guru masih terfokus pada teori dan konsep model lama yaitu konvensional maka kemudian muncul teori baru untuk memperbaharui dan menutup segala kekurangan yang ada dalam model pembelajaran lama yaitu CTL. Akan tetapi, model CTL tidak semuanya positif, ada beberapa hal yang menjadi kelemahan dalam teori tersebut. Jadi, dalam teori CTL juga ada kelemahan dan kelebihan, namun demikian menurut penulis model pendekatan CTL tentu lebih baik dari model konvensional, melihat fakta yang harus dipecahkan oleh semua pendidik tentang makna dari belajar itu sendiri, supaya siswa benar-benar dapat memahami apa yang telah dipelajari dan mengamalkannya di masyarakat luas.
Sanjaya menyatakan kelebihan pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning) ini memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk mengembangkan harapan, mengembangkan bakat dan mengetahui informasi terbaru, selain itu pendekatan kontekstual ini memberi kesempatan kepada siswa untuk menemukan makna pelajaran denga cara mengkorelasikan isi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari siswa. Adapun kelemahannya guru harus meluangkan waktu yang lebih banyak untuk mencari informasi-informasi terbaru yang nantinya dapat berguna dalam proses pembelajaran di kelas sehingga membutuhkan tenaga dan pikiran yang cukup melelahkan dan menyita waktu bagi guru begitu pula proses pembelajaran akan membutuhkan waktu yang cukup lama.
Ada juga yang berpendapat bahwa kelebihan dari CTL adalah pembelajaran labih bermakna dan riil. Artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar di sekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting, sebab dengan mengkorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan berfungsi secara fungsional, akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dlam memori siswa, sehingga tidak akan dilupakan. Pembelajaran lebih produktif dan mampu menumbuhkan penguatan konsep kepada siswa karena metode pembelajaran CTL menganut aliran konstruktivisme, dimana seorang siswa dituntun untuk menemukan pengatahuannya sendiri. Melalui landasan filosofis konstruktivisme siswa diharapkan belajar melalui “mengalami” bukan “menghapal”.
Adapun kelemahannya adalah guru lebih intensif dalam membimbing. Karena metode CTL guru tidak lagi berperan sebagai pusat informasi. Tugas guru adalah mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan pengetahuan dan keterampilan yang baru bagi siswa. Siswa dipandang sebagai individu yang sedang berkembang. Kemampuan belajar seseorang akan dipengaruhi oleh tingkat perkembangan dan keluasan pengalaman yang dimilikinya. Dengan demikian perean guru bukanlah sebagai instruktur atau penguasa yang memaksa kehendak melainkan guru adalah pembimbing siswa agar mereka dapat belajar sesuai dengan tahap perkembangannya. Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan atau menerapkan sendiri ide-ide dan mengajak siswa agar dengan menyadari dan dengan sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Namun dalam konteks initentunya guru memerlukan perhatian dan bimbingan yang ekstra terhadap siswa agar tujuan pembelajaran sesuai dengan apa yang diterapkan semula.
Dari beberapa kelemahan yang sudah dijelaskan diatas, ada beberapa cara yang bisa dilakukan oleh guru untuk mengantisipasi dari kelemahan tersebut sebagai berikut:
·         Menugaskan siswa untuk mencari informasi penting dan terbaru yang berhubungan dengan konsep pelajaran, baik dari media cetak maupun elektronik sehingga dalam kelas guru hanya membantu dalam menjelaskan informasi yang didapat siswa tersebut.
·         Menugaskan siswa membaca pelajaran berikutnya di rumah sehingga siswa lebih mudah dalam menemukan makna pelajaran.
·         Memberikan waktu belajar tambahan jika jam pelajaran dirasa kurang dan siswa belum memahami konsep pelajaran
4.      Menyusun rencana pembelajaran berbasis kontekstual
Penerapan pembelajaran kontekstual, program pembelajaran lebih merupakan rencana kegiatan kelas yang dirancang guru, yang berisi skenario tahap demi tahap tentang apa yang akan dilakukan bersama siswanya sehubungan dengan topik yang akan dipelajarinya. Dalam program tercermin tujuan pembelajaran, media untuk mencapai tujuan tersebut, materi pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan authentic assessmennya. Program yang dirancang guru benar-benar rencana pribadi tentang apa yang akan dikerjakannya bersama siswanya.
Secara umum tidak ada perbedaan mendasar format antara program pembelajaran konvensional dengan program pembelajaran kontekstual. Sekali lagi, yang membedakannya hanya pada penekanannya. Program pembelajaran konvensional lebih menekankan pada deskripsi tujuan yang akan dicapai (jelas dan operasional), sedangkan program untuk pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada skenario pembelajarannya.
Atas dasar ini, saran pokok dalam penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berbasis kontekstual adalah sebagai berikut.Nyatakan kegiatan pertama pembelajarannya, yaitu sebuah pernyataan kegiatan siswa yang merupakan gabungan antara Standar Kompetensi, Kompetensi dasar, Materi Pokok dan Pencapaian Hasil Belajar.
1.      Nyatakan tujuan umum pembelajarannya.
2.      Rincilah media untuk mendukung kegiatan itu
3.      Buatlah skenario tahap demi tahap kegiatan siswa
4.      Nyatakan authentic assessmentnya, yaitu dengan data apa siswa dapat diamati partisipasinya dalam pembelajaran.
D.    KESIMPULAN
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat penulis simpulkan bahwa strategi pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah salah satu model pendekatan yang membantu guru dalam mengatasi berbagai persoalan dalam pendidikan terutama dalam kegiatan belajar mengajar. CTL model pendekatan yang membantu guru dalam menghubungkan pelajaran atau materi ajar yang sudah dipelajari dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari serta mendorong siswa untuk mampu menerapkan pengetahuannya dalam kehidupan nyata sehingga siswa mampu mengatasi berbagai persoalan yang akan dihadapi dimasa yang akan datang baik dalam keluarga maupun masyarakat.
CTL dapat diterapkan dalam berbagai mata pelajaran yang diajarkan di sekolah, baik pelajaran umum maupun pelajaran praktek. Maka untuk dapat memahami dengan baik dan benar siswa harus bisa memaknai materi pelajaran dan menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa dapat melakukan, mencoba dan mengkonstruksi sendiri sesuai dengan arahan dan bimbingan dari guru. Dalam hal ini peran guru sangat dibutuhkan supaya siswa yang berusaha mengkonstruksikan sendiri materi ajar dengan kehidupan nyata tidak salah dan tepat sasaran sesuai dengan tuntunan pembelajaran.

REFERENSI TULISAN


Fasan.web .id. 2010. Model pembelajaran kontekstual.http://fazan.web.id/model-pembelajaran-kontekstual-kajian-teori.html. Diakses 22 Maret 2017.

Ulfatul hasanah.wordpress.com. 2015. Pembelajaran Kontekstual. https://ulfatulhasanah.wordpress.com/2015/02/24/pembelajaran-kontekstual-contexstual-teaching-and-learning/. Diakses 22 Maret 2017.

Sanjaya, Wina. 2005. Pembelajaran Dalam Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung: Fajar Interpratama Offset

Sarbiran, dan  Sudira,Putu. Pembelajaran inovatif di smk.pdf .http:eprints.uny.ac.id/ Pembelajaran inovatif di smk.pdf .Diakses 22 Maret 2017.


www.m-edukasi.web.id.2014. Langkah Pembelajaran Kontekstual.http://www.m-edukasi.web.id/2014/08/langkah-pembelajaran-kontekstual.html. Diakses 22 Maret 2017.



Silahkan kunjugi link ini untuk melihat salah satu contoh penerapan "STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (CTL)" :https://www.youtube.com/watch?v=63ytdck5Fo0